Kebanyakan Wali Songo itu bersaudara, buktinya bahwa Sunan Giri ini adalah keponakan dari Sunan Ampel. Tidak bisa dipungkiri juga kalau metode dakwah mereka pun hampir-hampir mirip dengan tujuan yang sama, yakni untuk mengislamkan Tanah Jawa.
Sunan Giri yang sebelumnya tidak berpikir untuk menjadi pendakwah, karena selalu ikut berdagang ibu angkatnya, ternyata menjadi wali yang sangat terkenal di Jawa. Tanah Gresik menajdi saksinya.
Sampai sekarang Gresik identik dengan tempat wisata religi untuk berziarah ke makam Sunan Giri dan menyusuri peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Kisah Sunan giri
Wali Songo yang bernama asli Raden Paku ini lahir pada taun 1443 M. Beliau adalah salah satu wali Allah yang bertugas untuk menyiarkan ajaran Agama Islam di Gresik.
Area dakwah Sunan Giri ini memang di Gresik, tetapi sebenarnya di beberapa wilayah lain juga, seperti Nusa Tenggara, Buton, Kepulauan Maluku, Sulawesi Tenggara, Banjar, Pasir, Martapura, dan juga di Kalimantan.
Keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri tersebut ternyata berbanding terbalik dengan kisah masa kecilnya yang sangat menyedihkan, karena kakek beliau, raja Blambangan, sempat tidak menghendaki kehadirannya dengan menyusun rencana untuk menghanyutkannya ke Selat Bali.
Masya Allah, tak bisa dibayangkan bagaimana seorang bayi yang baru saja lahir dipisahkan dari ibunya dan ditenggelamkan di lautan yang sangat luas.
Alasan ketidaksukaan Raja Blambangan kepada cucunya adalah karena dendamnya kepada ayah Sunan Giri, Syekh Maulana Ishaq yang tela mengislamkan semua rakyat Blambangan.
Kemudahan usaha Syekh tersebut tidak lepas dari titah Sunan Ampel yang mengutusnya untuk berdakwah di Blambangan. Lalu jodoh pun menghampiri, karena saat itu, putri raja sedang sakit parah.
Raja Blambangan sangat sedih karena tidak ada yang bisa mengobati putrinya. Alhasil raja pun mengadakan sayembara bagi yang berhasil menyembuhkan putrinya maka akan dijadikan menantu.
Seorang pertapa sakti bernama Resi Kandayana pun langsung menunjukkan kepada prajurit kerajaan untuk menemui Syekh Maulana Ishaq untuk menyembuhkan sang putri. Benar saja, sang putri pun sembuh.
Namun ada persyaratan yang diajukan oleh Syekh, yang kemudian membuat Raja dendam, yakni semua masyarakat Blambangan harus masuk Islam terlebih dahulu. Semuanya berlangsung mulus, semua penduduk Blambangan dan keluarga kerajaan pun menjadi mu’alaf.
Nah dai situlah dendam Raja Blambangan muncul. Dia mencoba berbagai cara untuk membunuh Syekh namun tidak berhasil, justru Syekh yang mulai tidak merasa nyaman dan pindah ke Aceh.
Tanpa diketahui, sang istri, Dewi Sekardadu hamil. Karena masih dendam dengan Syekh, setelah melahirkan, Raja blambangan memerintahka pasukannya untuk menenggelamkan bayi tersebut.
Beruntungnya, Sunan Giri tidak tenggelam, melainkan di tengah laut ditemukan oleh seorang saudagar kaya asal Gresik bernama Nyai Ageng Pinatih. Seperti menemukan berlian, karena Nyai memang belum memiliki anak, jadi Sunan Giri pun dibawa pulang dan diangkat anak dengan memberi nama bayi Sunan Giri ini dengan nama Joko Samudro.
Setelah usia 7 tahun, Nyai Ageng menitipkan Joko Samudro ke Pesantren Sunan Ampel di Surabaya dengan tujuan agar Joko Samudro bisa mendapatkan memperdalam ilmu agama. Sunan Ampel, yang menjadi pemimpin pesantren pun senang melihat Joko Samudro dan langsung bisa melihat potensi keistimewaan di dalam diri anak itu.
Karena kecerdasan yang dimilikinya, Joko Samudro mendapatkan nama spesial dari Sunan Ampel, yakni Maulana Ainul Yaqin.
Sematan nama itu tidaklah keputusan yang mengada-ngada, karena memang Joko samudro adalah anak yang istimewa.
Tersebutlah di suatu malam, saat menjalankan ibadah sholat Tahajjud, Sunan Ampel mendapati ada muridnya yang mengeluarkan cahaya. Karena keadaan yang gelap, beliau tidak bisa melihat siapa muridnya itu, makanya beliau langsung menandai sarung muridnya itu dengan memberikan ikatan simpul kecil.
Keesokan harinya, Sunan Ampel mengumpulkan murid-muridnya dan menanyai perihal sarung yang diikat dan ternyata dia adalah Joko Samudro atau Sunan Giri.
Setelah itu, Sunan Ampel pun bergegas mengajak Joko Samudro ke ibu angkatnya, Nyai Ageng Pinateh. Tujuannya adalah untuk menanyakan asal-usul Joko Samudro dan ternyata memang Joko Samudro adalah anak paman Sunan Ampel, Syekh Maulana Ishaq.
Jadi, selama ini Sunan Ampel mengajar keponakannya sendiri.
Bukan hanya itu saja tujuannya, melainkan Sunan Ampel ingin menepati wasiat dari pamannya itu jikalau suatu hari menemukan bayi yang terapung di Selat Bali, maka Sunan Ampel harus memberinya nama Raden Paku, yang bermakna Paku Islam di Jawa.
Sunan Giri di Aceh
Setelah 3 tahun lamanya, Raden Paku berguru di Pesantren Sunan Ampel, dia mendapatkan tugas dari pamannya yang sekaligus pimpinan pesantren untuk pergi ke Aceh, yang saat itu bernama Pasai.
Bersama dengan anak Sunan Ampel, Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang, Raden Paku pun berangkat ke Pasai. Di sana, Raden Paku bertemu dengan ayah kandungnya, yang belum pernah ia temui selama ini.
Setelah 3 tahun pula belajar di Pasai, dia dan Sunan Bonang pun berhaji ke Mekah, tetapi tidak jadi karena Syekh maulana justru menyuruh mereka kembali lagi ke Jawa untuk mendampingi penyebarana agama Islam.
Membangun Pesantren
Sebelum pamit pulang ke Jawa, Raden Paku mendapatkan bekal dari sang ayah yakni berupa segenggam tanah yang nantinya akan dipakai untuk membangun pesantren. Tugas Raden Paku setelah sampai ke tanah Jawa nantinya adalah menemukan jenis tanah yang sama dengan tanah yang diberikan ayahnya itu lalu mendirikan pesantren di atas tanah tersebut. ‘
Desa Sidomukti, Gresik adalah lokasinya. Tanah di desa itu persis tekstur, warna, dan baunya dengan tanah dari sang ayah, makanya Raden Paku langsung membangun pesantren di sana.
Dengan dibangunnya pesantren tersebut, Sunan Giri menjadi semakin mudah untuk berdakwah karena banyak anak-anak yang datang belajar ilmu agama di pesantren. Dalam kurun waktu 3 bulan saja, perubahan perkembangan Islam di Sidomukti sangat pesat.
Metode dakwah Sunan giri
Membuat sebuah sekolah atau madrasah khusus kelas dakwah, menjadi salah satu metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri. Di mana beliau tidak membedakan latar belakang dari murid-muridnya, asalkan mau belajar maka akan diterima di pendidikan dakwah yang dibangunnya itu.
Selain itu, Sunan Giri juga memberikan pembelajran secara kontekstual tentang kehidupan kepada masyarakat yakni dengan memberikan contoh yang baik dan yang buruk. Di mana saat beradu kesaktian dengan Begawn dari Gunung Lawu, beliau menang dalam pertarungan dan langsung membuat si Begawan jera dan akhirnya ikut Sunan Giri ke pesantren untuk masuk Islam.
Bukan dengan kekerasan sebenarnya, melainkan dengan memberikan pelajaran langsung pada aplikasinya bahwa Islam itu jujur dan berani untuk kebenaran.
Karomah
Kesaktian yang dimiliki oleh Sunan Giri ini adalah keturunan dari ayahnya, Syekh Maulana Ishaq, dan pamannya, Sunan Ampel. Di mana Sunan Giri ini memiliki keistimewaan dalam dirinya yang sudah terlihat sejak kecil, sejak beliau berguru ke pesantren Sunan Ampel.
Salah satu kesaktian yang dimiliki oleh Sunan Giri adalah dapat mengubah pasir menjadi barang yang bsia dijual. Karomah ini didapatkannya sejak beliau terbiasa ikut ibu angkatnya dalam berdagang.
Bersama dengan rombongan saudagar kaya, Nyai AgengPinatih, Sunan Giri berdagang sampai ke Pulau Kalimantan. Bahkan sampai besar pun Sunan Giri dipercaya ibunya untuk berdagang.
Namun cara berdagang Sunan Giri ini tidak selayaknya yang dilakukan oleh pedagang pada umumnya, yakni menukar barang dengan uang, melainkan dengan mengkreditkannya, ibarat membeli elektronik. Pembeli yang kebanyakan warga kelas menengah ke bawah malah boleh berhutang.
Lama-kelamaan, orang kepercayaan ibunya, Abu Hurairah tidak terima, karena tidak mendapatkan untung dari berdagang, bahkan samapi 10 hari, orang yang berhutang tak kunjung melunasinya.
Biasanya kalau dagangan habis, maka akan membawa dagangan yang lainnya untuk dijajakan di tempat lain, karena banyak yang masih dihutang, maka kapal dagang pun menjadi enteng, sehingga prediksi kecelakaan sangat tinggi ketika di tengah laut nanti.
Melihat hal demikian, Sunan Giri pun tetap tenang. Beliau menyuruh Abu Hurairah dan tim yang lainnya untuk mengisi banyak karung dengan pasir agar muatan kapal seimbang.
Benar saja, sampai di rumah, Gresik, Sunan Giri pun dimarahi oleh ibu angkatnya karena barang dagangan habis dan tidak membawa uang. Hanya membawa pasir saja.
Namun Sunan Giri tidak lantas membangkang atau bersedih, melainkan sangat tenang dengan menyuruh Abu Hurairah membuka karung dan melihat isinya.
Semuanya terkejut, karena karung yang berisi pasir tadi ternyata berisi barang dagangan, yakni damar dan rotan dari Kalimantan. Ajaib sekali.
Kesaktian Sunan Giri pun tidak hanya berhenti sampai di situ saja, melainkan saat beradu dengan seorang Begawan dari gung Lawu yang terkenal sangat sakti pun Sunan Giri memenangkannya.
Begawan Mintu Semeru adalah nama lawan Sunan Giri yang dimaksud. Beberapa keajaiban dari kesaktian Sunan Giri pun dipertunjukkan di dalam proses pertarungan, diantaranya adalah mengubah seekor angsa menjadi seekor naga, menerbangkan tempayan, menghadirkan gunung telur yang jumlahnya ribuan, serta menunjukkan kesaktian ikat kepala dan jubbah Sunan Giri.
Semua itu adalah karomah yang dimiliki olrh Sunan Giri atas ijin Allah. Beliau tidak sombong, melainkan semakin tekun memperdalam ajaran Agama Islam.
Lihat juga: Peninggalan Sunan Gunung Jati, Biografi & Sejarah Lengkap
Keturunan
Bisa dikatakan kalau Sunan Giri ini adalah keturunan Blambangan dan Gujarat, karena ibunya, Dewi Sekardadu, itu adalah putri Kerajaan Blambangan yang menikah dengan seorang ulama dari Gujarat yang bernama Syekh Maulana Ishaq. Tak ayal jika nama asli beliau adalah Raden Paku.
Sunan Giri ini juga merupakan keturunan ke 16 dari Nabi Muhammad yang mengalir pada darah sang ayah dengan silsilah sebagai berikut :
1. Nabi Muhammad SAW
2. Fatimah Az-Zahra
3. Sayyid Husain
4. Sayyid Zainul Abidin
5. Sayyid Zainal Alim
6. Sayydi Zainal Kubro
7. Sayydi Namudin Al Kubro
8. Syekh Sama’un
9. Syekh hasan
10. Syekh Abdulloh
11. Sykeh Abdur Rahman
12. Syekh Maulana Mahmudin Al Kubro
13. Syekh Jamaludin Jumadil Kubro
14. Syekh Maulana Ishaq
15. Sunan Giri
Wafatnya
Sunan Giri wafat pada tanggal 24 Rabiul Awal tahun 1506 M di usia ke 63 tahun. Beliau langsung dimakamkan di pusat pemerintahannya, yakni area Giri Kedhaton yang sekarang berada di Desa Kiri, kebomas, Gresik.
Makam
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kalau Museum Giri dibangun di kompleks pemakaman Maulana Malik Ibrahim, yang menandakan kalau letak dari makam Sunan Giri ini tidak jauh dari makam wali tersebut.
Setidaknya hanya memakan waktu 10 menit saja dari makam Maulana Malik Ibrahim. Tepatnya di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Yang membuat agak lama adalah menaiki tangga menuju ke makam Sunan Giri, karena letaknya yang berada di daerah dataran tinggi, tepatnya di bukit Giri.
Kompleks makam Sunan Giri ini bukan hanya ada satu makam Sunan Giri saja, melainkana da makam-makam petinggi Kota Gresik di masa silam.
Baca juga: Sunan Drajat : Biografi, Metode Dakwah, Karomah, Karya
Peninggalan & Karya:
Museum Giri
Letak museum ini adalah di Gresik, Jawa Timur dengan bangunan yang sudah dua lantai. Untuk mencapai museum ini, kalian yang niatnya mau berziarah ke makam Sunan Giri pun nggak perlu takut berjalan jauh lagi, karena museum ini masih satu kompleks dengan makam.
Perlu kalian ketahui kalau sebenanrnya dulu letak Museum Giri ini adalah di Jalan pahlawan Gresik, dekat dengan kompleks pemakaman Maulana Malik Ibrahim. Namun agar situsnya terjaga dan mempermudah pengunjung, pemerintah Gresik lalu memindahnya ke kompleks pemakaman Sunan Giri.
Keunikan peninggalan-peninggalan yang ada di museum ini membuat banyak wisatawan mancanegara yang datang. Mereka kebanyakan berasal dari Perancis, Malaysia, Tiongkok, Singapura, Autralia, dan Jepang.
Barang-barang peninggalan yang ada di mueum ini diantaranya adalah pelana kuda, Keris yang bernama Kalam Munyeng, Al Qur’an yang usianya sudah ratusan tahun, Bedug dari Masjid Manyar, Guci, fragmen Al Qur’an yang ketasnya berasal dari Eropa dengan tulisan Arab yang ditulis dengan menggunakan tinta Cina, surban, rebana, dan juga sajadah.
Museum ini diresmikan sekitar tahun 2003 oleh Dinas Pariwisata, Kebdayaan, Pemuda, dan Olahraga dengan tujuan menyimpan barang-barang peninggalan Sunan Giri. Namun di lantai pertama, kalian akan menjumpai beberapa artefak dan fosil purba sebagai pelengkap koleksi dan penambah pengetahuan pengunjung.
Makam Sunan Giri
Makam Sunan Giri ini terletak di puncak Bukit Giri. Kalian yang ingin berziarah ke sana, harus melalui perjuangan naik bukit ya, tapi nggak jauh kok.
Kurang lebih di setiap harinya ada saja orang yang datang untuk berziarah. Mereka yang datang bukan hanya WNI saja, melainkan banyak orang luar negeri yang kebanyakan adalah dari Malaysia, Jepang, dan Singapura.
Malam jum’at menjadi hari yang paling istimewa karena jumlah pengunjung makam semakin banyak. Bisa dalam hitungan ribuan orang.
Pohon Mengkudu
Wah, unik juga ya, peninggalan Sunan Giri yang satu ini, yakni berupa pohon mengkudi. Para peziarah tidak akan melewatkan momen petik mengkudu di sini karena mereka percaya kalau buah mengkudu tersebut bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Para peziarah akan membawa buah tersebut pulang untuk dinikmati di rumah, tentunya dengan niat mendapatkan berkah dan manfaat dari buah mengkudu Sunan Giri ini.
Bahkan ada yang percaya kalau buah mengkudu tersebut memperlancar program untuk mendapatkan keturunan.
Pesantren Giri Kedathon
Pesantren ini dibangun oleh Sunan Giri dengan arahan ayahnya, Syekh Maulana Ishaq dengan segenggam tanah yang dibawanya dari tanah Aceh. Dengan adanya pesantren ini, maka Sunan Giri pun menjadi lebih mudah dalam berdakwah.
Sebenarnya nama Giri Kedathon ini bukanlah nama pesantren, melainkan kemudian dijadikan nama kerajaan yang didirikan langsung oleh Sunan Giri. Beliaulah sebagai rajanya.
Masjid Sunan Giri
Letaknya di Kabupaten Gresik juga, yakni satu kompleks dengan makam Sunan Giri. Di mana di sekeliling masjid ada makam-makam yang telah disebutkan sebelumnya terkait macam-macam makam yang ada di area tersebut.
Masjid yang ada sekarang sebagai peninggalan sejarah dakwah Sunan Giri ini bukanlah wajah masjid yang sebenarnya, karena sudah mengalami perbaikan total. Sudah seperti masjid biasanya yang terbuat dari beton, karena memang aslinya masjid Sunan Giri ini terbuat dari kayu.
Sunan Giri membangun amsjid ini pada tahun 1544 M dan mengalami renovasi total yang pertama kalinya pada tahun 1857. Bukan mengubah ciri kahs bangunan masjid ya, tetapi hanya melakukan renovasi agar awet, sehingga pengunjung atau peziarah tetap bisa menikati bagaimana bentuk masjid aslinya.
Kemudian oleh bupati Gresik pada tahun 1982, taepatnya dimulai tanggal 17 desember dilakuakn renovasi kembali hingga kini masih bisa dinikmati keindahan masjid Sunan Giri ini dan sekaligus bisa dipakai untuk beribadah.
Kesitimewaan dari masjid Sunan Giri ini adalah pada kubahnya yang yang berundak. Hampir mirip seperti masjid Agung Demak, dan ternyata memang ada hubungannya.
Sampai-sampai keunikan dari masjid Sunan Giri ini pun diabadikan oleh Belanda yang tertulis dengan nama “monumenten ordonantie”. Keren abis.
Pulo Pancikan
“pancikan” yang berarti pijakan menjadikan salah satu peninggalan Sunan Giri ini memang dulunya pernah dilewati oleh Sunan Giri dalam menjalankan kegiatan dakwahnya.
Lokasi dari peninggalan ini adalah di Kecamatan Gresik.
Kolam untuk Berwudhu
Pastinya peninggalan ini berada dalam satu kompleks masjid Sunan Giri, yang dulunya memang dipakai untuk berwudhu kelaurga Sunan Giri.
Batu Giwang
Medan yang nggak semulus jalanan di jaman modern ini membuat Sunan Giri tidak bisa menemukan tempat yang layak untuk menjalankan ibdah sholat. Salah satunya dengan keterbatasan yang dimiliki adalah dengan menggunakan batu besar yang permukaannya pipih untuk sholat.
Batu besar tersebut diberi nama Batu Giwang.
Telaga
Ada tiga macam telaga yang menjadi peninggalan Sunan Giri , yakni Telaga Pati, Telaga Pegat dan Telaga Sumber. Telaga Pati ini berlokasi di Desa Klangonan Gresik dan Telaga Sumber berada di Desa Kembangan.
Untuk Telaga Pegat ini berada di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik. Uniknya, air di telaga ini tidak pernah surut, sehingga bisa mengairi daerah sekitarnya.
Pertapaan Sunan Giri
Bertapa biasanya di atas gunung dan memang benar, karena Sunan Giri ini pun juga bertapa di atas Gunung batang yang ada di Kelurahan Gulomantung Gresik.
Bapak H. Abdul Jalil adalah salah satu juru kunci makam Sunan Giri yang bisa kalian mintai informasi secara detail tentang peninggalan-peninggalan Sunan Giri di Gresik ini.
Peninggalan-peninggalan Sunan Giri ini menjadi benda-benda bersejarah yang dirawat sampai kini. Pada malam Bulan Ramadhan jumlah pengunjungnya meningkat padat karena memang sudah menjadi budaya rakyat Gresik.
Peran Sunan Giri untuk Kota Gresik sangatlah besar, karena selain menyebarkan ajaran Agama Islam, beliau juga memajukan kota ini di segi perekonomiannya sampai sekarang. Bahkan Gresik juga dikenal sebagai pusat dagang dan pusat budaya hingga kini.