Sunan Gunung Jati : Sejarah, Metode Dakwah ,Peninggalan

Masa peradaban Islam di Tanah Jawa diwarnai dengan kisah dakwah Wali Songo yang salah satunya adalah Sunan Gunung Jati yang melakukan dakwah di Cirebon. Kisah perjuangan beliau tidak mudah, karena tantangan kehidupan sudah dialaminya sejak kecil.

Kepergian sang ayah, orang asli Arab, membuatnya bertekat keras untuk memperdalam ilmu agama di Tanah Jawa. Berdakwah untuk mengajak masyarakat Jawa masuk Islam dan mengamalkan ajaran kebajikannya menjadikan tujuan mulia yang dilakukannya untuk semesta.

Walaupun Sunan Gunung Jati ini beristri lebih dari empat, melebihi sunah dalam Agama Islam, tetapi keteladanan beliau dalam berdakwah sangat diacungi jempol. Ajaran-ajaran yang disampaikannya berkaitan dengan sosial, moral, agama, dan kesopanan yang menata masyarakat Jawa yang kala itu beragam Hindu menjadi muslim yang berjiwa sosial tinggi.

Kisah Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati lahir dalam dua versi tahun, yakni 1450 dan 1448 M. Kedua versi tersebut merupakan informasi sejarah yang belum bisa dipastikan mana yang benar, namun yang pasti memang Sunan Gunung Jati memang lahir di antara tahun tersebut.

Sunan Gunung Jati adalah anak yang istimewa karena beliau dilahirkan di Mekkah. Subhanallah, sama dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Namun Allah berkehendak lain, Sunan Gunung Jati harus menjadi anak yang kuat, karena sang ayah meninggal dunia. Saat itu beliau masih di usia anak-anak.

Sunan Gunung Jati pun tidak larut dalam kesedihan, beliau memiliki tekad yang sangat kuat untuk memperdalam ilmu agama Islam dan memiliki mimpi untuk berdakwah di Pulau Jawa. Untuk itulah kemudian beliau berangkat ke Pulau Jawa bersama dengan ibunya.

Menurut sejarah yang ada, Sunan Gunung Jati ini masuk ke Tanah Jawa bersamaan dengan rutinitas kedatangan pedagang-pedagang Arab ke Indonesia yang biasa singgah di Pelabuhan Dagang Muara Jati. Kota yang didatangi adalah Cirebon, jadi Sunan Gunung Jati masuk Indonesia lewat pitu laut Cirebon pada tahun 1475 M.

Menurut Kitab Carita Purwaka Caruban Nagari, sebelum masuk ke Cirebon, Sunan Gunung Jati sudah mendatangi Banten, Jawa Timur, dan Aceh. Kemudian beliau masuk ke Cirebon dengan titik lokasi di Desa Panambangan.

Desa Pasambangan ini mayoritas penduduknya masih beragama Hindu, sehingga Sunan Gunung Jati benar-benar membabat perjuangan dari awal. Namun usahanya tidak sia-sia, karena semua masyarakat Panambangan akhirnya masuk Islam.

Sunan Gunung Jati atau bernama asli Syarif Hidayatullah adalah orang asing di Tanah Cirebon, yang masuk dalam Tanah Sunda. Karena beliau adalah orang Arab, maka jelas kalau beliau adalah orang asing.

Seperti orang Indonesia pada umumnya, kalau ada orang asing pasti masih enggan untuk berkomunikasi dengan lebi akrab. Namun hal tersebut bukan hambatan bagi Syarif Hidayatullah, karena terbukti tidak memerlukan waktu lama bagi Syarif Hidayatullah untuk berbaur dengan masyarakat Panambangan.

Bahkan tahta Kerajaan di Cirebon pun berhasil digenggamnya pada tahun 1479 M yang langsung diserahkan oleh Pangeran Cakrabuwana. Sejak saat itulah Sunan Gunung Jati bergear Tumenggung Sayrif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Hidayatullah.

Menurut catatan sejarah yang tertulis dalam buku Babad Cirebon, nama lain Syarif Hidayatullah adalah Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah SAW. Di mana artinya adalah bahwa Syarif Hidayatullah adalah tokoh penyebar ajaran Agama Islam pertama di tanah Sunda.

Menaklukkan Jagabaya

Saat menjadi pimpinan di Cirebon, Sunan Gunung Jati sangat menolak keras pemungutan upeti atau pajak barang di jaman kerajaan kepada kerajaan yang menaunginya yang dipimpin oleh Sri Baginda Raja. Sang raja pun marah dan mengutus Jagabaya untuk menyerang Cirebon.

Sesampainya di Cirebon, bukannya menyerang Cirebon, tetapi Jagabaya malah menjadi muallaf. Beliau menyatakan diri masuk Islam, sehingga berguru kepada Sunan Gunung Jati. Sejak saat itulah Cirebon merdeka dan ditetapkan sebagai sebuah wilayah Kesultanan.

Tepatnya pada tahun 1482 M yang ebrtepatan dengan 12 Sukla Centramasa 1404 Saka, Kesultanan Cirebon dengan Sunan Gunung Jati sebagai sultannya pun disahkan.

Walaupun sudah menjadi raja, beliau tidak terlena dengan materi dan kekuasaan, tetapi tugas untuk berdakwah masih terus dilanjutkan.

Selama kurang lebih 89 tahun Sunan Gunung Jati menjadi sultan di Kesultanan Cirebon dengan segala kebijakan yang tidak memberatkan masyarakat, utamanya tentang perpajakan. Di mana Sunan Gunung Jati tidak mematok pajak atau upeti kepada masyarakat, tetapi lebih ke rasa ikhlas sesuai dengan kemampuan masyarakat itu sendiri.

Selain itu, prestasi terbesarnya adalah selama hampir 90 tahun tersebut, Sunan Gunung Jati berhasil meng-Islam-kan seluruh masyarakat Cirebon dan wilayah sekitarnya yang masuk dalam wilayah dakwahnya.

Sunan Gunung Jati beristri 6

Tanpa direncanakan sebelumnya, Sunan Gunung Jati lebih mudah mudah dalam berbaur dengan masyarakat Cirebon, dikarenakan beliau bisa meluluhkan hati 6 wanita yang selanjutnya dijadikannya istri.

Berikut adalah nama-nama istri Sunan Gunung Jati :

  • Nyai Pakungwati yang merupakan putri dari Pangeran Cakrabuwana
  • Nyai Babadan yang merupakan putri Ki Gedeng Babadan
  • Nyai Kawung Anten yang merupakan adik kandung Bupati Banten
  • Syarifah Baghdadi yang juga adik salah satu penguasa daerah, yakni adik dari Pangeran Panjunan
  • Ong Tien Nio atau Nyi Ratu Rara Semanding yang merupakan seorang wanita dari Negeri Tirai Bambu, China. Dia adalah putri dari Kaisar Hing Gie yang berkedudukan di Dinasti Ming.

Ya, pertemuan Sunan Gunung Jati dengan putri Tiongkok ini adalah di saat Sunan berdakwah di Nan King, China, pada tahun 1479 M. Beliau pun dikenal bukan hanya sebagai pendakwah saja, melainkan juga sebagai tabib.

Segala macam penyakit bisa disembuhkan oleh Sunan, yakni dengan meminta si sakit untuk melaksanakan ibadah sholat dan setelah sholat itu, para pasien langsung sembuh. Nah dari situlah kemudian Sunan Gunung Jati dianggap sebagai tabib yang sakti.

Melihat hal tersebut, Kaisar Cina penasaran dan menguji kesaktian Sunan Gunung Jati dengan memberikan tebakan tentang diapa diantara putri-putri Kaisar yang sedang hamil. Padahal Sunan Gunung Jati tahu kalau putri-putri tersebut semuanya masih perawan.

Mana bisa perawan hamil? Tapi beliau langsung memanjatkan do’a kepada Allah agar ada salah satu putri Kaisar yang hamil. Benar saja, Putri Ong Tien hamil.

Kaisar pun murka dan mengusir Sunan Gunung Jati, namun Putri Ong Tien terlanjur jatuh cinta dengan Sunan, sehingga bersama dengan tiga pengawalnya, Pang Li Bang ( yang kemudian menetap di Palembang, sebagai salah satu tokoh pembabat Palembang), Lie Guan Hien, dan Lie Guan Chang berlayar ke Tanah Jawa.

Perjuangan putri pun berakhir manis, karena sesampai di Tanah Jawa, dia dinikahi oleh pria pujaan hatinya. Pada tahun 1482, Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien menikah, namun sayang hanya 4 tahun saja mereka bersama, karena pada tahun 1485 Putri Ong Tien meninggal dunia.

  • Nyai Tepasari, putri dari orang penting di Majapahit, yakni Ki Gedeng Tepasari.

Metode berdakwah Sunan Gunung jati

Sosialisasi yang bagus merupakan kemampuan yang dimiliki oleh Sunan Gunung Jati, sehingga beliau cepat berbaur dengan masyarakat di Indonesia, utamanya di wilayah dakwahnya, di Cirebon.

Metode Dakwah Sunan Gunung Jati :

 

  1. Memperistri wanita Indonesia

Sebenarnya ini bukanlah metode dakwah yang diniatkan oleh Sunan Gunung Jati, karena pernikahan itu masalah hati. Tetapi setali tiga uang, dengan menikahi perempuan di lokasi dakwahnya, beliau bisa lebih mudah meng-Islam-kan penduduk Cirebon, utamanya.

Wanita-wanita yang dinikahi oleh Sunan Gunung Jati ini berasal dari Banten dan Cirebon serta tempat-tempat dakwahnya yang lain. Jadi, istri Sunan Gunung Jati ini bukan hanya satu saja, melainkan enam orang dari beda wilayah.

  1. Menjadi raja

Bukanlah impian dari Sunan Gunung Jati untuk menjadi raja dari kesultanan Cirebon, karena memang beliau bukan keturunan raja di situ, melainkan keturunan Raja Padjajaran, dari keturunan kakeknya. Apalagi beliau bukan orang asli Indonesia, melainkan orang Arab.

Tetapi hal tersebut bukanlah sebuah alasan yang menjadikannya sebagai seorang pemimpin Kota Cirebon, melainkan memang sebuah amanat yang langsung diberikan oleh pemimpin Cirebon sebelumnya, yakni Pangeran Cakrabuwana.

Sultan Gunung Jati pun kemudian melakukan banyak program pembangunan fasilitas masyarakat sehingga mempermudah aktivitas mereka dan juga mempermudah kegiatan dakwahnya.

Nah, inilah yang menjadi metode dakwah Sunan Gunung Jati yang paling efektif, karena dengan menajdi raja, beliau mendapatkan kekuasaan untuk mengatur wilayah dari berbagai bidang kehidupan. Semuanya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk berdakwah.

Seperti misalnya, dengan melakukan perluasan wilayah. Sunan Gunung Jati melakukan perluasan wilayah sekaligus berdakwah, sehingga jumlah penduduknya yang muslim pun semakin banyak.

  1. Membangun masjid

Program Sunan Gunung Jati sebagai raja bukan hanya dengan memperluas wilayah, melainkan juga dengan melakukan pembangunan tempat-tempat ibadah. Salah satunya dalah masjid Agung Sang Cipta Rasa pada tahun 1489, sebagai bangunan tempat ibadah yang dibangunnya pertama kali.

Dari beberapa metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati tersebut, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial budaya. Di mana pendekatan ini saling melengkapi satu sama lain, sehingga sangat cocok untuk diterapkan, dan hasilnya pun masyarakat open banget.

Selain di Cirebon, Sunan Gunung Jati juga melakukan dakwah di Pasir Luhur, Garut, Sumedanglarang, Batulayang, dan Ukur Cibaliung Bandung.

Ajaran Sunan Gunung Jati

Ada 5 ajaran Sunan Gunung Jati yang harus kalian ketahui dan teladani. Ajaran-ajaran tersebut dibawanya dan disebarkannya saat melakukan dakwah.

  1. Nilai kesopanan

Ajaran ini menjadi nilai kehidupan yang sangat penting, mengingat kehidupan ini tidak sendiri, melainkan dengan orang lain.

Isi dari nilai kesopananan yang diajarkan Sunan Gunung Jati ini meliputi :

  • Menghormati orangtua
  • Menghormati tamu
  • Menghargai orang lain
  • Menghormati leluhur
  1. Nilai kedisplinan

Orang yang sukses berawal dari disiplin yang tinggi. Sunan Gunung Jati mengajak pengikutnya untuk :

  • Menepati janji
  • Menolong orang yang benar
  • Menggunakan ilmu di jalan yang benar
  • Belajar ilmu yang bermanfaat
  1. Nilai kebijaksanaan

Bijak itu adalah sifat yang netral dan tenang dalam menghadapi kehidupan, entah dalam menghadapi kondisi suka dan kondisi duka. Sunan Gunung Jati mengajarkan kebijaksanaan dalam :

  • Berusaha semampu diri untuk mengabulkan apa yang diminta orang lain
  • Rajin memberi
  • Tidak serakah
  • Rukun
  • Tidak menjelekkan orang lain
  • Segera makan ketika lapar dan segera minum saat haus
  • Menjauhi sifat-sifat yang buruk
  1. Nilai ketakwaan

Takwa berarti taat yang berhubungan dengan agama atau keyakinannya kepada Allah SWT. Inilah inti dari ajaran Sunan Gunung Jati yang wajib kalian pahami.

Sebagai muslim, nilai ketakwaan dalam belajar agama bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain, seperti :

  • Berpuasa dengan niat yang ikhlas
  • Itiqomah dalam beribadah
  • Menyantuni anak yatim dan orang miskin
  • Shalat lima waktu
  • Menjaga kesucian sebelum beribadah dengan berwudhu
  • Bersyukur atas segala apa yang didapatkan dala kehidupan, karena itu datangnya dari Allah SWT
  • Bertaubat atas segala dosa yang diperbuat
  1. Nilai sosial

Ini kaitannya dengan hubungan antara manusia. Sunan Gunung Jati menekankan bahwa umat beragama itu tidak hanya hubungan manusia dengan Allah SWT tetapi juga manusia dengan manusia.

Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan adalah :

  • Berangkat haji jika sudah mampu
  • Tidak mendaki jika merasa tidak mampu
  • Tidak mengimami jika tidak punya ilmu yang cukup
  • Tidak berdagang jika tujuannya hanya ingin kumpul-kumpul

Untuk nilai sosial ini mengandung makna konotasi yang memiliki banyak makna. Namun secara keseluruhan, maknanya adalah bahwa sebagai manusia harus bisa mengukur kemampuan diri. Jangan melakukan apa yang belum dikuasai, karena itu akan menjadi boomerang bagi diri sendiri.

Karomah

Karomah Sunan Gunung Jati ini dituliskan dalam Kitab Jawa Kuno, yakni salah satunya pada Babad tanah Sunda. Berikut adalah diantaranya :

  1. Mengubah pohon biasa menjadi pohon emas

Wow, bisa kaya mendadak ya. Di mana Sunan Gunung Jati memang melakukannya saat menjalankan ibadah haji ke Baitullah.

Saat itu, beliau hanya diberi uang saku sebesar 1 dirham saja, kemudian beliau dihadang perampok di tengah perjalanan, dabn uangnya yang hanya satu-satunya itu pun lenyap.

Masih kurang puas, si perampok masih saja meminta paksa semua harta yang dimiliki oleh Sunan Gunung Jati. Namun Sunan langsung mengalihkan pandangan ketiga perampok tersebut ke sebuah pohon biasa yang kemudian diubahnya menjadi pohon emas.

Melihat hal tersebut, perampok-perampok itu pun ketakutan dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati dengan menyatakan diri masuk Islam, membaca Syahadat.

  1. Berjalan di air

Di dalam salah satu sejarah, menyatakan bahwa sepulang perjalanan haji dari Mekkah, Sunan Gunung Jati tidka pulang ke Pulau Jawa dengan perahu, melainkan dengan berjalan kaki, menyeberangi samudra yang sangat luas.

Bisa kalian bayangkan bagaimana kesaktian dari Sunan Gunung Jati ini hingga beliau bisa berjalan dengan selamat di atas air.

Dua karomah tersebut hanya sebagian kecil dari karomah-karomah yang dimiliki oleh Sunan Gunung Jati atas ijin Allah SWT.

Keturunan

Nama ayah dari Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah Syarif Abdullah bin Ali Nurul Alim, sedangkan nama ibunya adalah Nyi Rara Santang atau Syarifah Mudaim, setelah menajdi mualaf. Ayah beliau tersebut merupakan penguasa Mesir yang sangat terkenal.

Di dalam tubuh Sunan Gunung Jati mengalir darah Raja Padajajaran, yakni ayah dari ibunya yaitu Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.

Lho kok bisa putri Padjajaran menikah dengan raja Mesir? Ya, karena Prabu Siliwangi sudah beragama Islam ( semenjak beliau mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW ) sehingga mengutus kedua putrinya untuk beribadah ke Mekkah dan menuntut ilmu di Mesir.

Nah dari situlah muncul benih-benih cinlok atau cinta lokasi antara Nyi Rara Santang dengan Raja syarif Abdullah. Dengan walinya, Pangeran Cakrabuwana, yang merupakan kakak kandungnya sendiri, Nyi Rara Santang pun akhirnya bersedia menjadi istri Raja Syarif.

Itulah ceritanya kenapa Sunan Gunung Jati adalah orang Arab, karena lahir dan tumbuh besar di sana, karena semenjak ayah dan ibunya menikah, sang ibu tinggal di Mesir.

Wafat

Tepatnya di usia 120 tahun, Sunan Gunung Jati wafat, tepatnya di tahun 1568 M. Bisa dibayangkan sudah tuanya beliau hingga satu abad lebih mengarungi kehidupan, namun itulah hidayah dan kenikmatan dari Allah SWT.

Wafat di usia yang lebih dari satu abad tersebut membuat beliau sendirian di masa tuanya, karena anak cucu beliau sudah meninggal. Tepat di tahun 891 Hijriah, Sunan Gunung Jati menghembuskan nafas terakhir di Bumi Jawa.

Perjuangan Sunan Gunung Jati pun berakhri, namun peninggalan-peninggalan beliau masih terawat hingga kini, sehingga walau raga beliau sudah tiada, jasanya dalam menyebarkan agama Islam masih dikenang sampai kapan pun.

Makam

Makam Sunan Gunung Jati juga terlerak di Cirebon, tepatnya berada di Desa Astana , Kecamatan Gunung Jati. Beliau dimakamkan bersama dengan istrinya yang berdarah China, yakni Nyi Ratu Rara Semanding atau dengan nama asli Putri Ong Tien Nio.

Kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati ini tidak seperti kompleks pemakaman Wali Songo yang lainnya, yang jadi satu dengan masjid atau museum, melainkan berada diantara pemakaman umum warga sekitar.

Namun untuk makam Sunan Gunung Jati ini berada di kompleks kedua yang berada di atas Gunung Sembung. Jadi, kompleks pemakaman ada dua, yakni kompleks pertama, berada di saat masuk gerbang makam, dan kompleks kedua yang ebrada di atas gunung dan sudah ada kurang lebih 500 makam termasuk makam Sunan Gunung Jati.

Perlu kalian tahu, kalau ada aturan masuk untuk berziarah ke makam Sunan Gunung Jati ini, yakni dengan mengisi buku tamu dan mengisi kotak amal seikhlasnya untuk perawatan makam Sunan sendiri. Kalian juga harus melepas alas kaki saat memasuki kompleks makam Sunan Gunung Jati.

Peninggalan & Karya: 

  1. Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid ini berada di dekat alun-alun Cirebon yang dibangun oleh Sunan Gunung Jati saat masih menjabat sebagai Sultan Cirebon. Masjid ini dibangun pada tahun 1489 M dan dijadikan sebagai tempat pusat untuk berdakwah bagi Sunan Gunung Jati.

Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga pun ikut membantu dalam pembanguan masjid ini, serta arsitek handal dari Majapahit, Raden Sepat, yang sangat lihai dalam arstiektur bangunan, sehingga kalian bisa melihat betapa luar biasanya bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini.

  1. Makam Gunung Jati

Banyak peziarah yang selalu datang untuk berdoa di makam Sunan Gunung Jati ini, sehingga makam ini selalu dijadikan salah satu destinasi wajib untuk kegiatan ziarah wali.

Makam Sunan Gunung Jati ini beberapa kali mengalami pemugaran untuk menambah fasilitas bagi peziarah, sehingga lebih nyaman dan layak.

Perjuangan untuk ke Gunung Jati, letak makam Sunan Gunung Jati ini tidaklah seberapa berat karena yang berat adalah perjuangan yang dilakukan Sunan dalam meng-Islam-kan Bumi Jawa.

  1. Naskah kuno

Naskah ini ditulis oleh Sunan Gunung Jati yang tersimpan di kesultanan Cirebon. Banyak mahasiswa yang mengulik tentang naskah ini sebagai bahan kajiannya.

Jumlah dari naskah-naskah kuno ini bukan hanya hitungan jari saja, melainkan ratusan. Namun sayangnya hanya ada beberapa saja yang sudah diterjemahkan.

  1. Barang kuno dan pusaka

Semuanya ada di Kesultanan Cirebon dan setiap tahun pasti dibersihkan. Pencucian pusaka ini biasanya dilakukan di Tahun Baru Muharram.

Beberapa jenis barang dan pusaka yang ada adalah botol Kristal yang ada dua dan sudah berusia 500 tahun, piring yang jumlahnya ada 9 dan diperkirakan usianya sudah 700 tahun, piring kaligrafi yang suaianya 600 tahun dna berjumlah 40 buah, serta ada guci yang usianya 700 tahun dan jumlahnya ada 2 bah.

Saat ada acara Siraman Panjang, tradisi mencuci barang-barang dan pusaka kuno itu, warga memadati Kesultanan Cirebon dan saling berebut air bekas cucian barang tersebut.

  1. Gamelan

Ada seta gamelan yang menjadi salah satu peninggalan Sunan Gunung Jati yang dipakaina sebagai media dakwah dulu. Di mana dalam satu set gamelan tersebut ada 3 gong, saron, serta boning.

Keberadaan gamelan tua ini ada di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan yang ada di Cirebon.

Konon, set gameln ini didapatkan Sunan Gunung Jati sebagai hadiah dari Demak, yakni dati Suktan Trenggoni, pada abad ke -15.

Orang-orang menyebut nama gamelan ini dengan nama Gamelan Sekaten, karena masyarakat yang ingin menonton pertunjukkan gamelan ini harus mengucapkan Syahadat dulu.

Sampai sekarang, gamelan Sekaten peninggalan Sunan Gunung Jati ini pun masih sering dipakai, tepatnya saat ada tamu penting yang datang dan saat Hari Raya idul Adha dan Idul Fitri.

Ilmu agama yang dimiliki oleh Sunan Gunung Jati memang tidak perlu dipertanyakan lagi, karena beliau belajar di bawah bimbingan ulama-ulama besar di Arab sana. Pengetahuan beliau bukan hanya bersifat nasional saja, melainkan juga internasional, jadi sangat beruntung bagi murid-murid yang pernah berguru pada beliau.

Sunan Gunung Jati tidak memaksa semua orang untuk masuk Islam, beliau masih menggunakan cara-cara yang halus, sehingga tidak merusak pandangan orang tentang agama Islam. Itu pun juga menjadi pesan kakeknya kepada Sunan Gunung Jati, untuk berdakwah dengan cara yang halus atau tidak memaksa.

Beliau bukan orang Indonesia, tetapi dengan tulusnya mneyebarkan kebaikan kehidupan dengan berpedoman pada Agama Islam. Sebuah keteladanan dari Sunan Gunung Jati yang harus diapresiasi.

Leave a Comment