Saat duduk di bangku SD atau Sekolah Dasar, kalian pasti masih ingat kan disuruh menghafal nama tarian daerah di Indonesia? Ya, salah satunya Tari Remo ini ya. Asalnya jelas dari Jawa Timur, provinsi terpadat penduduk di Pulau Jawa.
Kesenian Jawa Timur memang sudah sangat terkenal. Banyak yang menyukai dan bahkan banyak yang menampilkannya walaupun di luar Jawa Timur. Kalian pastinya juga nggak asing dengan salah satu bentuk seni tarinya yang terkenal ini.
Ya, Tari Remo. Sebuah tarian khas Jawa Timur yang ditampilan oleh satu orang saja. Terkandung cerita tentang makna kepahlawanan dan suatu tauladan yang baik dari seorang pangeran kala itu. Makanya tampilan kostum Tari Remo ini juga gentle banget.
Sejarah
Catatan sejarah menyatakan bahwa Tari Remo berasal dari salah satu kota di Jawa Timur, yakni dari Jombang. Ada alamat tepatnya juga lho ya, yakni dari Desa Ceweng, Diwek, Jombang. Para seniman jalanan di Desa Ceweng itulah yang menjadi pencipta Tari Remo ini.
Orang Jawa Timur menyebut Tari Remo ini sebagai Tari Rempong atau Ngremo. Mereka mengenal traian daerah ini, awalnya, sebagai tarian jalanan. Yakni tarian yang ditampilkan di jalanan secara berkeliling. Bisa kalian bayangkan bagaimana lelahnya para penari karena harsu berjalan berkeliling keluar masuk desa, untuk memperkenalkan tarian ini.
Namun para seniman tersebut tidak pernah berputus asa. Setiap hari mereka berkeliling untuk memperkenalkan tarian ini. Yah, syukurnya tanggapan masyarakat sangat baik. Mereka menyambut dengan sangat antusias. Penghargaan yang diberikan kepada para seniman saat itu hanya berupa uang receh saja, sebagai pengganti lelah. Tak seberapa memang, tapi itulah yang menjadi penyemangat.
Lambat laun, Tari Remo ini pun dikenal hingga seluruh penjuru Jawa Timur. Semakin banyak orang yang belajar tarian ini. Pemerintah pun menyambutnya dengan antusias yang menyatakannya sebagai tarian festival. Unik dan menarik serta dengan gerakan yang simpel namun syarat makna adalah kesan yang berhasil dibangun oleh para seniman dari Tari Remo ini.
Untung pun terus mengalir. Bukan hanya berhubungan dengan pundi-pundi rupiah ya. Ngremo sudah menjamur di tengah-tengah masyarakat Jawa Timur dan terpilih sebagai tarian khas Jawa Timur yang ditampilan dalam setiap pertunjukan Ludruk, yang memiliki jam tayang tinggi saat itu.
Alhasil kini, Tari Remo menjadi tarian khas Jawa Timur dan dijadikan sebagai tarian festival. Di setiap acara di Jawa Timur nggak pernah absen menampilkan tarian ini. Bahkan para pejabat atau tamu yang datang pun selalu disambut dengan tarian ini.
Makna
Makna yang terkandung dalam Tari Remo ini bisa kalian lihat Daris etiap gerakan yang ditarikan. Di mana secara umum maknanya merujuk kepada seorang pangeran yang gagah dan berani. Persis dengan penggambaran seorang pangeran di mata masyarakat umum ya.
Watak yang diharapkan oleh masyarakat pada sosok pangeran memang menjadi hal yang bukan rahasia umum, yakni pemberani, bertanggung jawab, tegas, dan pokoknya semua sikapnya dan sifatnya harus menjadi suri tauladan. Nah, itulah makna yang ingin disampaikan penari Remo.
Fungsi
Penjabaran fungsi Ngremo sendiri bisa kalian lihat dari awal-awal munculnya tarian ini. Di mana dulunya tarian ini ditampilkan sebagai bentuk karya para seniman dalam mengapresiasikan kesenian yang digelutinya. Sehingga bisa dikatakan kalau fungsinya hanya sebagai hiburan saja.
Di mana fungsi sebagai hiburan ini pun melalui proses yang sangat panjang, karena pada awalnya disajikan di jalanan. Sesuai dengan penciptanya yang memang para seniman jalanan. Jadi mereka pada saat itu menari Remo di jalanan, bukan di panggung.
Namun karena keunikan dan keindahan Tari Remo ini kemudian membuatnya menjadi tari yang ditampilkan di panggung. Bahkan menjadi tari festival yang tujuannya sebagai tarian wajib yang dikenal masyarakat dan juga dikuasai oleh banyak orang, utamanya orang Jawa Timur.
Namun seiring dengan perkembangan waktu, fungsinya pun berkembang, yakni sebagai tari penyambutan saat ada pejabat daerah yang datang berkunjung, penyambutan duta dari daerah atau negara lain ke wilayah di provinsi Jawa Timur, dan sebagainya.
Terlepas dari itu, yang selama ini masyarakat ketahui adalah fungsinya sebagai tarian pembuka di pertunjukan Ludruk. Nah ini ni fungsi utama dari Tari Remo yang tidak bisa dielakkan lagi. Ludruk dan Ngremo udah jadi satu kesatuan yang nggak bisa dipisahkan. Ada ludruk, pasti ada penampilan Remo di awal pertunjukkannya.
Penari laki-laki adalah pembabat Tari Remo ini, karena disesuaikan dengan maknanya tentang keperkasaan dan keberanian seorang pangeran. Jadi penari Remong adalah harus laki-laki untuk menampilkan gerakan yang gentle. Namun pada perkembangannya, para wanita pun mempelajari tarian ini.
Alhasil penari Remong bukan hanya laki-laki saja, tapi juga wanita. Muncullah istilah Tari Remo Putri. Wah pasti pengaruhnya juga berkaitan dengan wujud emansipasi wanita. Gerakannya tetapi gentle namun diperankan oleh wanita dengan segala sifat kelembutannya dan juga tegas. Pokoknya bagus deh.
Pola Lantai
Penarinya aja satu orang, jadi pola lantainya bisa dibilang sederhana banget ya. Penarinya cuma menari di satu titik saja, jadi nggak perlu banyak moving. Yang diutamakan adalah gerakannya.
Eh tapi beda lagi ya kalau penarinya banyak. Pola lantai wajib dibuat semenarik mungkin. Jangan hanya seperti saat penarinya cuma satu.
Pola lantai atau tata panggung dari setiap tarian Ngremo beda-beda ya. Disesuikan dengan ciri khas wilayah Jawa Timur masing-masing. Tapi gerakannya nggak banyak diubah. Kreativitas mengembangkan gerakan tetapi ada, namun ciri khasnya tetap dipertahankan.
Musik iringan akan mempengaruhi pola lantai Tari Remong ini. Di mana alat musiknya mengandalkan gamelan, seruping, siter, kenong, gong, jempol, dan alat musim Jawa yang lainnya. Pokoknya lengkap deh.
Sedangkan untuk lagu pengiring, Tari Remong ini memiliki banyak jenis lagu pengiring, yakni tembang-tembang Jawa. Yang sering dipakai sih Tropongan dan Jula-Juli. Tapi kadang tembang Walang Kekek pun juga dipakai.
Kostum & Property
Kostum yang dipakai oleh penari Aremo didominasi dengan warna hitam. Untuk coraknya, bermacam-macam karena disesuaikan dengan asal daerahnya di Jawa Timur saat tarian ini ditampilkan. Kalau ditampilan di Surabaya, maka jenis kostum yang dikenakan adalah kostum Surabayan.
Kostum Sawunggaling
Bisa dikatakan kalau gaya kostum Tari Remo yang satu ini adalah kostum aslinya. Yang menjadi ciri khas dalam gaya busana Remong yang satu ini adalah para penari mengenakan baju putih berlengan panjang. Terbuat dari kain satin, jadi mengkilap dan kelihatan mewah pas terkena pantulan cahaya lampu.
Kostum Jombangan
Pastinya ini ni yang jadi busana asli Tari Remo. Dan ternyata sederhana banget, karena para penari memakai rompi sebagai atasan. Nggak lagi pakai baju putih atau baju khas kerajaan. Jadi kalian bisa bayangin bagaimana kostum para seniman pencipta Tari Remo saat itu.
Kostum Surabayan
Kostum ini terinspirasi dari model baju Kerajaan di abad ke -18 di Surabaya. Para penari mengenakan dua selendang di pinggang kiri dan kanan. Penutup kepala atau udengnya didominasi warna merah dengan corak khas Madura.
Untuk baju, tidak ada kancingnya. Warnanya tetap hitam ya. Nah, untuk model celananya ini yang berbeda karena model celana ⅞ karena sampai ke betis. Kemudian dilengkapi dengan kain jarik khas motif Surabaya atau Maduranan sampai di atas lutut.
Kostum Malangan
Hampir sama sih modelnya dengan kostum Surabayan. Tapi yang membedakan adalah panjang celana yang sampai ke mata kaki. Ya, memakai celana panjang berwarna hitam. Udah nggak ada penjepit celana di bagian bawah.
Nah dari jenis-jenis kostum Remong tersebut, kebanyakan menggunakan model Sawunggaling yang memakai baju putih lengan panjang. Kalau di festival sih kostumnya kebanyakan kayak gitu.
Nah untuk penari Remong Putri, ternyata ada lho kostumnya sendiri, yakni mengenakan kostum Sawunggaling sebagai model kostum yang asli. Tapi nggak sama plek ya, soalnya disesuaikan dengan gender si penari yang lebih anggun, karena seorang wanita.
Di mana mereka memakai sanggul dulu sebelum memakai ikat kepala. Namun ada juga yang dibiarkan terurai rambutnya. Tinggal pilih aja sih. Suka-suka. Para penari Remong Putri nggak memaki dua selendang ya. Cukup satu selendang saja yang dikalungkan di leher. Nggak ditaruh di pinggang.
Aksesoris yang dipakai oleh penari wanita lebih banyak, yakni harus ada mekak hitam yang menutupi bagian dada. Kain jarik yang dipakai pun harus sampai lutut yang disebut dengan tapak. Untuk lonceng di pergelangan kaki nggak boleh ketinggalan, karena itulah properti utama dari Tari Remo ini.
Gerakan
Nggak usah pusing duluan mengenal tentang gerakan-gerakan dalam Tari Remo. Kalian cukup amati saja apa gerakan dominannya. Ya, gerakan kaki yang gemerincing. Soalnya pakai gelang kaki yang berupa lonceng. Bukan hanya satu lonceng saja, tapi banyak. Bentuknya kecil-kecil. Satu berbunyi saat kaki digerakkan, dan yang lainnya ikut berbunyi, karena saling bersentuhan.
Keistimewaan Tari Remo ini menjadikan kalian mengingat identitas tarian ini dengan mudah, karena gerakan kaki berloncengnya. Baru bergerak saja sudah bersuara, dan akan semakin keras seuaranya saat dipakai bergerak sesuai dengan gerakan-gerakan Ngremo. Unik banget deh.
Adapun gerakan-gerakan lain dalam Ngremo, yakni:
gerakan selendang.
Dilihat dari namanya, berarti berkaitan dengan gerakan tangan. Penari Remong harus menyelaraskan gerakan tangannya dengan selendang yang diselipkan di busananya. Pastinya disesuikan dengan gerak kaki, dan juga alunan musiknya.
Gerakan kepala
Ada gerakan angguk-angguk dan geleng-geleng yang ada di dalam rangkaian bentuk karya seni pada Tari Remo ini. Maknanya bahwa manusia itu harus bisa mengambil keputusan. Kapan meng-iya-kan dan kapan menolak. So manusia itu dipenuhi kebaikan dan keburukan dalam hidupnya.
Gerakan kuda
Kalian pastinya sudah bsia membayangkan gimana kuda bergerak. Ya, gerakan kuda dalam Tari Remo ini dikaitkan dengan gerakan saat berganti pola lantai. Sebagai pengingat juga sih, soalnya kebanyakan Ngremo itu sendirian. Ada juga yang berkelompok tapi jarang banget kalau nggak pas acara di festival atau pas penarinya anak-anak.
Gerakan kaki
Kalau gerakan ini mah udah paham banget ya. Jangan lupa pakai loncengnya deh pokoknya. Kalau lupa bukan Ngremo namanya, soalnya suara gemerincing nggak bisa dikeluarkan. Nggak jadi rame dan indah deh.
Berdasarkan pada makna, ada 3 macam gerakan yang ada dalam Tari Remo, yaitu :
Gerakan Gendewa
Ini adalah gerakan yang berhubungan dengan keselarasan tangan, karena meniru gerakan memanah. Jadi para penari akan bergerak layaknya seorang pemanah. Ini juga menjadi salah satu keahlian seorang pangeran.
Terkait dengan maknanya sih lebih ke pengingat kalau kehidupan itu ibarat anak panah yang bisa dengan cepat berlalu setelah terlepas dari busurnya.
Gerakan Gedrug
Dilihat dari namanya, Gedrug, maka sudah jelas kalau gerakan ini berhubungan dengan kaki. Ya, hentakan kaki penari harus sesuai dengan irama lagu pengiringnya. Nah efeknya ada suara lonceng yang berirama sangat indah. Maknanya adalah pengingat bahwa tanah itu bumi. Bumi itu tempat berpijak. Jadi harus memperlakukan bumi dengan baik (makna melestarikan).
Gerakan Tepisan
Kalau gerakan yang ektiga ini berhubungan lagi dengan tanahn, kayak gerakan Gendewa tadi. Para penari harus bisa menyeimbangkan setiap gerakan tangan dengan baik. Tempo dari gerakan ini lumayan cepat juga lho.
Keunikan:
Tak bisa dielakkan lagi kalau Tari Remong ini unik. Nggak ada yang menyamai sama sekali. Semuanya unik, baik dari musik, kostum, gerakan, dan yang pasti maknanya.
Bukan hanya orang Jawa Timur saja yang mengakui keunikan Tari Remo ini, melainkan semua orang karena setiap ada tamu datang, selalu saja Ngremo nggak pernah ketinggalan ditampilkan.
Komposisi gerakan dengan alat musik ya membuat Ngremo semakin dikenal. Nggak ada kata bosen walupun sudah menonton berkali-kali.
Gerakan-gerakannya penuh dengan filosofi
Tidak ada gerakan yang digerakkan begitu saja yang penting pas dengan irama lagunya. Karena di setiap gerakan dalam Tari Remo mengandung filosofi yang syarat akan makna-makna kehidupan.
Kalian akan mengenal salah satu gerakan yang bernama Gendawa yang mengandung makna akan waktu dalam kehidupan yang super cepat layaknya kecepatan panah yang terlepas dari busurnya.
Seorang penari Remo wajib menghayati setiap gerakan yang dimainkannya. Makna dari gerakan-gerakan yang ditarikan harus sampai kepada penonton. Makanya setiap gestur tubuh penari Remo sangat menentukan ketersampaian filosofi makna yang diinginkan.
Dimainkan satu orang
Selama ini, yang kalian lihat bahwa Tari Remo itu hanya ditarikan satu orang saja memang benar. Saat dijadikan sebagai tarian pembuka di pertunjukan Ludruk pun hanya ditarikan satu orang saja. Nggak aneh ya, soalnya emang makna yang ingin disampaikan adalah kisah seorang pangeran.
Seorang pangeran, berarti hanya satu. Untuk itulah penari Remong harus benar-benar menguasai semua gerakan tari ini. Kalau salah gerakan, pasti bakalan terlihat banget.
Namun di suasana tertentu, Tari Remo ini juga ditampilan dengan berkelompok. Kebanyakan ditampilkan pas festival aja sih. Kalau pas ludrukan jarang banget atau bahkan nggak pernah.
Berlonceng
Maksudnya bukan penari membawa lonceng lho ya, tapi memakai lonceng di kakiklnya sebagai salah satu ciri khas aksesoris dalam menari Remo. Jadi kalian bakalan mendengar perpaduan antara suara musik dan suara lonceng dari kaki penari saat bergerak.
Unik banget ya, hehe. Ya memang itulah keunikan dari Tari Remo ini yang nggak dimiliki oleh tarian lain. Makanya walaupun penarinya cuma satu, tetep aja rame. Nggak membosankan karena ada suara lonceng kaki yang menemani.
Diciptakan di jalanan
Percayakah kalian kalau Tari Remo ini adalah tarian jalanan? Berarti tanpa pencipta donk. Ya memang nggak ada nama pencipta Tari Remo ini secara spesifik. Sama juga sih kayak tarian daerah lainnya yang juga tanpa pencipta.
Menurut sejarah, Tari Remo ini adalah bentuk karya dari para seniman jalanan yang berasal dari sebuah wilayah di Kabupaten Jombang. Makanya salah satu busana Ngremo ada yang bernama Jombangan.
Ragam nama kostum
Berbeda dengan tarian daerah lain yang mengenakan satu kostum khas, Tari Remo ini memiliki bermacam-macam jenis busana atau kostum. Di mana nama-nama kostum tersebut diberi nama berdasarkan nama-nama kota di Jawa Timur yang masih nguri-nguri tarian Remo.
Nama-nama kostum Tari Remo ini adalah Tari Remo Malangan, Sawunggaling, Jombangan, dan Surabayan. Secara umum tidak ada perbedaan, sama2 berwarna dasar hitam. Kemungkinan hanya sedikit perbedaan saja. Yakni pada ikat kepala yang disesuaikan dengan asal wilayah.
Tari pembuka Ludruk
Kalian pastinya udah nggak asing dengan salah satu jenis kesenian daerah yang terkenal dari Jawa Timur yang satu ini. Ya, Ludruk. Sebenarnya bahasa kerennya sih kayak drama kolosal ya, tapi punya keunikan tersendiri. Ada tata caranya dan pastinya ada karismanya sendiri.
Kalau nggak gitu, kalian juga bisa menyatakannya sebagai versi lain dari pertunjukan wayang. Ludruk atau wayang orang, begitulah singkatnya. Di tahun 1990an, kesenian ini masih sering banget dilihat di TV. Tapi sekarang udah jarang banget, bahkan bisa dibilang nggak pernah. Kalaupun masih ada, nggak terekspos di publik, sehingga generasi muda hampir nggak kenal dengan kesenian ini.
Nah, tahukah kalian kalau dalam kesenian ludruk ini selalu ada tampilan Tari Remo? Ya, penari Remo akan tampil sebagai tari pembuka sebelum ludruk dimulai. Memukau banget deh efeknya. Ibaratnya udah panas aja rasa penasaran walaupun Ludruk belum dimulai.
Diiringi musik khas Jawa
Gending atau lagu Jawa mengiringi gerakan penari Remong dengan alunan musik yang pas. Ada Lagu Walang Kekek, Tropongan, Krucilan, dan Jula-Juli yang membaur dengan suara lonceng kaki penari.
Dimainkan pria maupun wanita
Sebenarnya jika dilihat dari maknanya, Tari Remo ini lebih ke makna ketegasan. Kalian bisa juga melihatnya dari ragam gerak dalam tarian Jawa Timur ini. Dengan alunan musik gamelan yang bertempo cepat, ditambah dengan gerakan penari yang juga sangat tegas dan sigap, menandakan kalau penarinya pasti laki-laki.
Ternyata, dilihat dari maknanya yang menyatakan tentang kisah seorang pangeran yang tegas, berwibawa, dan juga pemberani, Tari Remo ini adalah tarian pria. Jadi, yang menarikan adalah pria.
Eh ternyata bisa juga ditarikan oleh wanita, makanya muncul nama Tari Remo putri. Walaupun wanita, tetap saja mereka harus menari dengan tegas dan tegap layaknya pria. Dari segi kostum pun hampir sama persis, hanya ada sedikit perbedaannya.
Tari Remo itu sederhana. Sesederhana musik pengiringnya juga ya. Hehe. Soalnya hanya mengandalkan gamelan sebagai alat musiknya yang mendominasi. Hentakan kaki penari dengan gerakan tangan penarinya menjadi hal yang penting dilakukan agar hasilnya selaras dan sesuai dengan yang diinginkan.
Busana dari Tari Remong ini nggak pakai baju adat daerah asal lho ya. Beda dengan tarian adat lainnya. Di mana Tari Remo ini memiliki kostum sendiri yang bernama Kostum Sawunggaling. Ini adalah kostum asli dari Tari Remong. Tapi akan berubah lagi kostumnya jika ditampilan di Malang, yakni Malangan.
Entah bagaimana tampilan kostum dan kreasi gerakannya, Tari Remo tetap khas dan dijadikan tarian khas Jawa Timur yang unik dan indah. Nggak ada yang menyaingi da menandingi karena memang istimewa dan luar biasa.