Selama ini mungkin kamu sudah sering mendengar perihal Burung Kasuari. Burung berukuran besar ini memang selalu berhasil membuat orang tertarik berkat kecantikannya.
Karena termasuk hewan yang dilindungi, maka tidaklah mengherankan bila Kasuari sering ditemukan di berbagai kebun binatang, baik yang dikelola pemerintah maupun pihak swasta.
Namun, jika kamu benar-benar tertarik dengan burung ini, rasanya hanya melihatnya saja masih belum cukup, bukan?
Oleh sebab itu, di artikel ini penulis menyajikan informasi lengkap tentang Burung Kasuari, mulai dari habitat asal hingga fakta menariknya. Simak sampai selesai, ya!
Burung Kasuari
Jika kamu bertanya apakah Kasuari bisa terbang, maka jawabannya adalah tidak. Meski namanya burung, hewan dengan nama latin Casuarius ini memang tak bisa mengangkasa.
Kasuari terdiri dari tiga jenis berbeda. Pertama, yaitu Kasuari Gelambir Tunggal. Kedua, Kasuari Gelambir Ganda. Ketiga, Kasuari Kerdil.
Kebanyakan spesies Kasuari berasal dari wilayah Papua. Meski demikian, ada juga yang berasal dari Pulau Seram, Provinsi Maluku. Salah satu jenis Kasuari, yaitu Gelambir Ganda, dapat pula ditemukan di Australia.
Habitat Burung Kasuari
Burung Kasuari hidup di hutan hujan. Namun, mereka kadang juga bisa ditemukan di hutan padang rumput, kebun buah yang dekat hutan, atau hutan mangrove.
Mereka adalah pelari yang cepat. Jika merasakan kehadiran makhluk lain, terutama manusia, mereka akan berlari secepat kilat sebelum terlihat.
Untuk ketinggian tempat hidupnya beragam. Seperti misalnya Kasuari Kerdil, mereka biasa ditemukan di ketinggian tiga ribu kaki atau sekitar 915 meter.
Namun, di Australia ada pula jenis Gelambir Ganda yang ditemukan di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Makanan utama burung ini adalah buah-buahan.
Populasi Burung Kasuari
Populasi burung endemik ini semakin hari semakin berkurang, baik yang ada di kawasan timur Indonesia, maupun Australia.
Penyebabnya adalah perburuan yang dilakukan penduduk sekitar terhadap Burung Kasuari untuk diperdagangkan.
Padahal, di Indonesia sendiri Kasuari merupakan hewan yang dilindungi. Dasar hukum yang melindungi burung ini adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Begitu pula dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Jenis-Jenis Burung Kasuari
Seperti yang sudah penulis singgung sebelumnya, burung besar yang tidak bisa terbang ini terdiri dari tiga jenis. Berikut penjelasan lengkapnya.
Kasuari Gelambir Tunggal
Jenis burung ini memiliki nama ilmiah Casuarius unappendiculatus. Ciri-ciri yang paling menonjol darinya adalah bentuk leher yang memiliki satu gelambir.
Bagian kepalanya berwarna biru cerah, dengan tanduk berbentuk segitiga yang tebal dan tinggi di bagian ujung kepalanya.
Daerah asal Kasuari Gambir Tunggal adalah kawasan Papua bagian timur, daerah kepala burung, dan beberapa pulau di sekitarnya, seperti Pulau Yapen, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati.
Kasuari Gelambir Ganda
Dari segi ukuran tubuh, Kasuari Gelambir Ganda yang nama latinnya Casuarius casuarius ini memang mirip dengan jenis Gelambir Tunggal.
Yang membedakan, yaitu terdapat dua gelambir di leher Kasuari Gelambir Ganda. Namun, untuk warna leher dan kepalanya sama-sama biru, seperti halnya Gelambir Tunggal.
Selain itu, jenis burung ini memiliki tanda berwarna cokelat di bagian kepalanya. Kasuari Gelambir Ganda bisa ditemukan Papua, Pulau Seram, dan Australia.
Kasuari Kerdil
Seperti namanya, Kasuari Kerdil memiliki bentuk tubuh yang lebih kecil dibandingkan dua jenis sebelumnya. Sedangkan ciri-ciri tubuh lainnya tergolong hampir mirip.
Hanya saja, jika dua jenis Kasuari lainnya punya gelambir di bagian lehernya, burung dengan nama ilmiah Casuarius bennetti ini tak memilikinya.
Kasuari Kerdil hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Papua, tepatnya hutan yang berada di ketinggian tiga ribu kaki.
Ciri-Ciri Burung Kasuari
Tiga jenis Kasuari di atas memang memiliki ciri khusus yang berbeda. Namun, karena dikategorikan dalam genus yang sama, tentu ketiganya punya ciri yang seragam. Apa saja, ya? Berikut penjelasannya.
Ukuran Tubuh
Kasuari memang dikenal sebagai salah satu burung terbesar di dunia. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika mereka memiliki tinggi sekitar 1,5 hingga 1,8 meter.
Untuk betinanya yang memang lebih besar dari pejantan, tingginya bisa sampai dua meter, lho. Beratnya bisa mencapai 70 kg.
Bulu Tubuh
Kasuari memiliki bulu tubuh berwarna hitam. Bulu ditubuhnya begitu tebal, kasar, dan memiliki tekstur yang kesat sehingga memungkinkannya untuk berlari menerobos semak belukar atau pepohonan tanpa terluka. Sedangkan kulit di balik bulunya berwarna biru.
Meski hampir sebagian kulitnya berwarna biru, bagian tengkuknya dihiasi dengan warna merah terang yang indah. Burung ini tak memiliki bulu ekor seperti kebanyakan burung lain.
Warna-warna cantik pada Kasuari baru akan muncul setelah umurnya mencapai dua sampai empat tahun. Anak yang baru menetas warnanya cokelat muda dengan belang hitam.
Bentuk Kaki
Burung ini memiliki kaki jenjang yang bisa membantunya berlari dengan cepat. Bahkan kecepatan berjalannya bisa sampai 50 km/jam. Lompatannya pun bisa setinggi 1,5 meter.
Bagian ujung kakinya ada tiga jari dengan cakar yang tajam. Meski mereka makan buah-buahan, cakar yang tajam seperti pisau dan kuat ini bisa digunakan untuk menyerang musuh saat ia merasa terancam.
Karena panjang cakarnya yang bisa mencapai 125 mm, tak heran jika burung ini disebut sebagai salah satu burung paling berbahaya di dunia.
Mata dan Paruh
Kasuari memiliki mata besar yang berwarna cokelat. Paruhnya yang besar dan melengkung berwarna hitam.
Dari bagian pangkal ke ujung paruh bentuknya semakin mengecil. Kemudian mendekati ujung paruhnya ada dua buah lubah hidung.
Telur
Saat musim kawin, Kasuari betina bisa bertelur mulai dua hingga enam butir. Namun, pada umumnya hanya sekitar dua sampai empat butir.
Warna telurnya abu-abu kehijauan dengan besar mencapai sekepalan tangan orang dewasa. Wah… besar sekali, bukan?
Fakta & Keunikan Burung Kasuari
Burung yang terkenal galak ini memiliki berbagai keunikan yang mungkin akan membuatmu tercengang. Tak percaya? Simak uraian di bawah ini!
Penjantan Mengerami Telur
Pada umumnya, jenis-jenis unggas, seperti ayam, bebek, dan burung, yang bertugas mengerami telur adalah betinanya.
Namun, lain halnya dengan Kasuari. Setelah sang betina bertelur, jantannya akan mengerami telur di sarang selama 50 sampai 52 hari.
Setelah telurnya menetas, mereka tetap bertahan di sarang dalam kurun waktu sembilan bulan untuk membesarkan anak-anaknya.
Betina Poliandri
Unggas seperti ayam yang barangkali sering kamu lihat di kehidupan sehari-hari, pejantannya biasa berganti-ganti pasangan. Hari ini bisa dengan betina A, besoknya dengan betina B.
Namun, yang terjadi pada Kasuari adalah sebaliknya. Saat musim kawin, betinanya akan kawin dengan pejantan. Setelah sang betina bertelur, telurnya akan dierami untuk kemudian dibesarkan oleh pejantan.
Sedangkan betinanya, setelah bertelur akan pergi untuk kawin dengan pejantan lain. Semakin tua usia betinanya, maka ia akan semakin agresif, dan wilayah teritorialnya akan semakin luas.
Hewan Soliter
Kasuari dikenal sebagai burung yang soliter, alias senang hidup mandiri. Biasanya mereka hanya akan mencari pasangan ketika sedang musim kawin dan kembali hidup secara individual setelah masa kawin berakhir.
Namun, selama masa berkembangbiak tersebut, mereka akan lebih agresif dalam mempertahankan teritorialnya. Mungkin hal ini dilakukan untuk menjamin keselamatan anaknya dan menjaga agar ketersediaan pangan tetap cukup.
Anak-anak Kasuari yang telah menetas bisa tinggal bersama orang tuanya selama sembilan bulan. Setelah itu, mereka harus mencari daerah teritorialnya sendiri.
Sering Diburu
Burung ini pada dasarnya memang termasuk satwa yang dilindungi. Akan tetapi, masih banyak penduduk sekitar yang memburunya.
Ya, meski menangkap Kasuari adalah pekerjaan sulit karena larinya yang cepat dan berpotensi terluka akibat serangan kakinya yang besar dan berkuku tajam.
Para pemburu biasa melacak jejak Kasuari dari jejak kaki yang ditinggalkannya, bunyi kaki yang berdebum, atau kotorannya.
Karena memburu Kasuari besar tidaklah mudah, banyak yang mencuri anak Kasuari dari tempat perlindungan mereka untuk dibesarkan dan disembelih saat sudah dewasa.
Selain itu, para pemburu juga sering mencuri telurnya untuk dimakan sendiri atau dijual. Jika daging dan telurnya biasa dikonsumsi, maka manfaat bulu Kasuari adalah sebagai hiasan kepala.
Berkomunikasi dengan Frekuensi Rendah
Burung Kasuari mampu menghasilkan frekuensi rendah untuk berkomunikasi dengan sesamanya di hutan yang lebat.
Mereka biasanya akan melakukan panggilan untuk mempertahankan wilayah maupun ajakan untuk kawin.
Rendahnya frekuensi suara mereka adalah yang paling rendah yang dihasilkan oleh burung. Sampai-sampai suara mereka hampir tak dapat ditangkap oleh indra pendengaran manusia.
Sudah Puas dengan Beragam Informasi tentang Burung Kasuari?
Burung endemik asal Papua ini memang memiliki daya tarik luar biasa. Sampai-sampai, gambar hewan ini juga dijadikan sebagai salah satu unsur logo atau lambang Provinsi Papua Barat, lho.
Nah, kalau kamu masih penasaran bagaimana bentuknya, kamu bisa melihat foto Burung Kasuari di Wikipedia atau menonton videonya di YouTube.