Pupuk Untuk Padi Bunting – Pada saat menjalani budidaya tanaman padi, tentu Anda memerlukan pengetahuan akan ilmu bertani padi yang baik dan benar agar dapat menghasilkan panen yang melimpah.
Maka, sebagai seorang petani sudah seharusnya Anda terjun langsung ke lapangan dan mencari tahu bagaimana cara merawat tanaman padi secara tepat.
Anda bisa menanyakannya pada petani lain yang sudah berhasil. Dengan semakin berkembangnya teknologi, semua informasi tentang dunia pertanian juga semakin mudah didapatkan, yaitu melalui internet.
Perlu Anda ketahui, tanaman padi mengalami tiga fase selama pertumbuhan dan perkembangannya. Tiga fase tersebut adalah fase vegetatif, fase generatif, dan fase pemasakan.
Saat padi berada pada fase vegetatif yang merupakan tahap awal pertumbuhan padi, usia padi masih sangat muda. Pada fase ini, tanaman padi akan fokus untuk tumbuh menjadi lebih besar, sehingga diperlukan nutrisi untuk merangsang pertumbuhannya.
Pada fase generatif, tanaman padi akan mulai mengalami perkembangan, seperti mulai berbunga. Pada fase ini, tanaman padi akan sangat memerlukan asupan nutrisi yang dapat mendukung perkembangan bunga agar dapat berubah menjadi bulir gabah yang berisi.
Adapun fase ketiga ialah fase pematangan atau pemasakan. Pada tahap ini, gabah padi akan mulai terisi, sehingga sangat dibutuhkan nutrisi yang dapat mendukung pengisian gabah dengan baik.
Salah satu tahap yang terdapat dalam fase generatif ialah tahap bunting. Pada tahap ini, pelepah daun padi akan mengalami penggembungan, sehingga disebut sebagai fase bunting.
Fase ini merupakan salah satu tahap terpenting dalam perkembangan tanaman padi karena merupakan tahap mempersiapkan bakal gabah yang berkualitas.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai berbagai tahap yang terjadi pada fase generatif, terutama tahap bunting, dan pupuk yang dibutuhkan pada tahap tersebut.
Macam-Macam Tahapan Fase Generatif Tanaman Padi
Pada dasarnya, fase generatif terbagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap primordia, tahap bunting, dan tahap pembungaan. Adapun ulasannya adalah sebagai berikut:
Tahap primordia
Pada saat fase primordial, berlangsung proses pembentukan malai hingga malai terbentuk secara sempurna. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap inisiasi malai. Selain itu, berbagai proses seperti pembentukan panjang malai, jumlah bulir, serta jumlah gabah yang akan mengalami pengisian pada fase berikutnya akan berlangsung.
Oleh karena itu, diperlukan nutrisi hara, hormon, dan air yang cukup selama proses ini berlangsung. Jika tidak, maka panjang malai, jumlah biji, dan jumlah gabah akan kurang optimal.
Sehingga, diperlukan air yang cukup saat melakukan pupuk susulan dan memberikan hormon pada tanaman yang dilakukan sebelum padi memasuki fase primordia. Selain itu, intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman padi juga akan berpengaruh terhadap ukuran gabah yang terbentuk.
Tahap Bunting
Setelah mengalami fase primordia, selanjutnya padi akan memasuki fase bunting. Pad fase ini, malai padi muda yang sudah terbentuk pada fase sebelumnya akan mengalami perkembangan ukuran dan tumbuh ke atas di dalam pelepah daun yang menggembung. Proses menggembungnya pelepah daun inilah yang kemudian dinamakan sebagai fase atau tahap bunting.
Fase Pembungaan
Pada fase pembungaan, proses yang terjadi ialah malai padi akan keluar hingga proses persarian dilakukan. Biasanya, diperlukan waktu sekitar 10-14 hari hingga malai dapat keluar.
Karena laju perkembangan antar individu suatu tanaman dalam satu rumpun yang sama berlainan, maka lamanya periode keluarnya malai pun dapat berbeda antar satu rumpun dengan yang lainnya.
Ketika 50% atau separuh malai sudah keluar, maka fase pembungaan dianggap sudah dimulai. Dan satu hari setelah malai tersebut keluar, selanjutnya yang akan terjadi ialah pembuahan. Pada umumnya, dalam satu malai memerlukan waktu hingga 5 hari hingga pembuahan selesai.
Selain itu, pada tahap ini akan terjadi masa kritis kedua, dimana keberadaan air dan hormon sangatlah diperlukan dalam proses pembungaan. Usahakan, tinggi air yang tersedia mencapai 3 hingga 5 cm dan biarkan hingga gabah selesai terisi.
Zat dan Pupuk untuk Padi Bunting
Pada dasarnya, tanaman membutuhkan berbagai nutrisi di setiap tahap yang dilaluinya.Termasuk pada tahap bunting tanaman padi yang satu ini. Berbagai nutrisi baik makro maupun mikro, air, dan hormon akan sangat diperlukan agar tanaman dapat berkembang dengan baik.
Adapun air sangat diperlukan pada tahap ini karena memiliki peran dalam proses fotosintesis, mendorong proses respirasi, melarutkan berbagai unsur hara, sebagai bahan penyusun utama protoplasma, dan dapat memelihara suhu.
Jadi, kebutuhan air sangat diperlukan dan jika sampai mengalami kekurangan maka dapat mengganggu pertumbuhan tanaman seperti tumbuh kerdil, tidak maksimal, atau bahkan menyebabkan kematian pada tanaman. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan air dan unsur hara sangat dibutuhkan pada tahap bunting.
Selain air, kebutuhan hormon juga menjadi hal utama yang wajib dipenuhi pada tahap bunting. Karena, malai padi akan keluar dengan sempurna jika menggunakan bantuan hormon tersebut.
Selain itu, hormon juga dapat membantu tanaman menghasilkan bulir yang keluar dengan sempurna atau tidak terjepit diantara batang, dan bisa keluar dengan lebih cepat dan serempak.
Jika malai tidak keluar secara sempurna, maka ini dapat menyebabkan bulir padi tidak terisi, kosong, atau malai terjepit diantara batang pada saat proses pemasakan terjadi.
Setelah proses pematangan terjadi, bulir pada yang tadinya terjepit akan keluar dengan keadaan kosong, hampa, atau tidak terisi. Jika bulir padi banyak yang tidak berisi, maka hasil panen yang dihasilkan pun tidak seberapa.
Adapun cara yang dapat dilakukan agar kebutuhan hormon terpenuhi, yaitu menggunakan pupuk organik cair atau POC sesuai tanaman pangan sayur.
Pupuk organic jenis ini memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman dengan jumlah cukup lengkap. Ada pun kandungan bakteri yang ada di dalamnya antara lain Bacillumycoides, Psedomonas mallei, Pseudiminasalcaligenes, Micrococcus roseus, dan Klebsiellaoxyyoca.
Ketujuh kandungan bakteri tersebut merupakan jenis bakteri tangguh serta terpilih yang dapat mendorong agar mengembalikan kesuburan tanah yang diakibatkan oleh menumpuknya keberadaan residu logam berat dan residu bahan kimia yang sudah tertimbun selama bertahun-tahun.
Hal ini disebabkan karena penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan. Selain itu, bakteri GDM adalah bakteri yang dapat menghasilkan berbagai hormone seperti giberelin, auksin, dan sitokinin yang memiliki fungsi dalam proses pertumbuhan agar bulir padi keluar secara maksimal, dan dapat terisi secara sempurna serta mencegah kosongnya bulir gabah.
Bakteri GDM juga memiliki keunggulan lain, yaitu dapat bertahan dengan suhu 80°C. Oleh karena itu, bakteri GDM akan tetap bisa bekerja secara optimal meskipun berada pada musim kemarau. Bakteri ini akan tetap membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara maksimal.
Adapun fungsi dari ketujuh bakteri GDM terutama pada tahap generatif ialah mempercepat dan memaksimalkan munculnya bulir pada malai tanaman, merangsang pembelahan sel, serta pertumbuhan jaringan, sehingga meminimalisir kemungkinan bulir yang kosong atau hampa.
Sebaiknya, berikan pupuk unsur K untuk menambah bobot bulir,unsur N(sedikit saja) untuk menambah panjang malai (memaksimalkan keluarnya malai), biasanya para petani banyak menggunakan PONSKA plus, atau pupuk NPK mutiara, atau KNO3 (agak mahal).
Nah, sekian ulasan mengenai proses-proses yang terjadi pada fase generatif serta jenis pupuk untuk padi bunting yang dapat menambah pengetahuan Anda.
Fase padi bunting memang menjadi fase yang sangat penting, di mana pada fase inilah yang akan menentukan kesuksesan panen padi Anda di kemudian hari. Jadi, pastikan Anda merawat tanaman padi dengan seksama pada saat melewati masa ini.