Menurut cerita, itik Alabio merupakan hasil dari perkawinan silang antara itik Kalimantan dengan jenis itik Peking (China). Sedangkan kata ‘Alabio’sendiri berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Nama Alabio diberikan oleh seorang ilmuwan bernama Drh Saleh Puspo.
Tingginya permintaan pasar di bidang bisnis kuliner, menjadikan hewan ini diminati banyak orang untuk diternakkan. Berikut langkah-langkah yang harus ditempuh, bila ingin membudidayakan unggas tersebut.
Persiapan Bibit
Pemilihan bibit yang benar dan tepat, akan menentukan kualitas telur itik saat dipanen nanti. Pada setiap 10 ekor betina, cukup 1 santan yang dilepas di kandang. Berdasarkan standar SNI berikut ini ciri itik betina yang layak dijadikan bibit :
- Postur tubuh tegak membentuk sudut 70 derajat
- Ada bulu putih bergaris lurus dari pangkal paruh sampai bagian belakang kepala, sedang bulu bagian kepala berwarna cokelat
- Paruh kuning setengah jingga dengan bercak hitam di bagian ujung
- Kaki juga berwarna kuning jingga
- Bulu dada cokelat
- Bulu perut dan punggung cokelat bercak abu-abu
- Bulu sayap sekunder biru kehijauan dan mengkilap
- Bulu ekor cokelat bercak hitam
Persiapan Kandang
Supaya hasil memuaskan saat dipanen, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, seperti :
- Letaknya jauh dari pemukiman penduduk
- Area masuk ke lokasi dapat diakses dari jalan raya, dalam artian berada di kawasan strategis
- Kandang memiliki iklim kondusif, baik saat produksi maupun ketika aktifitas ternak
- Tidak rawan penggusuan dalam beberapa periode
Pembuatan Kandang
Pembuatan kandang idealnya disesuaikan dengan jenis kebutuhan itik yang akan dibudidayakan. Secara detail dapat disebutkan bahwa bila ingin menempatkan sekitar 400 ekor bibit itik, seharusnya kandang yang dibangun berukuran 4M X 12M = 48M2. Dengan persyaratan :
- Ada fasilitas tempat pakan dan minum
- Terdapat tempat bertelur terbuat dari kotak kayu beralaskan ampas padi di atasnya
Pemberian Pakan
Pemberian pakan merupakan bagian dari pemeliharaan. Seperti pakan voer yang diberikan pada itik yang berusia kurang dari 6 bulan, rutin tak boleh telat. Selanjutnya pemberian pakan dedak yang dicampur sagu dengan perbandingan 1:1.
Ketentuan pemberian pakan inipun ada aturan waktunya, seperti :
- Bila 4 kali sehari, maka waktu yang digunakan yakni mulai pukul 5 pagi, jam 11 siang, jam 2 siang serta jam 5 sore
- Bila 3 kali, maka waktu yang digunakan mulai dari pukul 7 pagi, pukul 12 siang, dan jam 4 sore.
Adapun jumlah keperluan pakan yang disebar untuk tiap 1000 ekor itik, dedak sebanyak 7 kg dan sagu juga 7 kg. Boleh pula dicampur bahan lain, seperti cacahan sayuran hijau misalnya kangkung atau bayam, ditambah ke dalam bahan pakannya. Yang terpenting mengandung nilai nutrisi cukup buat itik berkembang baik.
Selain itu, secara berkala misalnya seminggu sekali, semua itik harus dilepaskan dari kandang. Biarkan mereka menikmati udara bebas buat pertumbuhannya.
Hama Dan Penyakit Pada Itik
Meskipun terlihat mudah dipelihara, tapi faktanya membudidayakannya serupa dengan saat menanam tanaman, di mana terdapat hama dan penyakit yang mengganggu. Jadi harus pula diperhatikan dan jangan diabaikan.
Secara garis besar bila diperhatikan dari penyebab penyakit, dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
- Mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan protozoa
- Defisiensi zat makanan yang masuk ke perut itik, yang ikut tercampur pada pakan yang dikonsumsi
- Sanitasi kandang yang kurang terawat baik
Berikut jenis hama dan penyakit yang kerapkali menyerang mereka :
Duck Cholera
Penyebabnya, bakteri pasteurela avicida. Gejalanya, itik mencret, tiba-tiba lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendaliannya : Sanitasi kandang yang harus diperhatikan lagi kebersihannya, suntikan pinisilin pada urat daging dada sesuai dosis
Salmonellos
Penyebabnya, bakteri typimurium. Gejalanya, pernapasan sesak dan mencret.
Pengendaliannya : Menjaga sanitasi yang baik, pemberian furadozolidone konsentrat 0.04% pada pakan dan sulfidin yang dicampur pada air minumnya sesuai dosis.
Masa Panen
Pada masa ini, pengambilan telur dapat dilakukan setiap hari. Jika sesuai aturan perawatan dan pemeliharaan, rata-rata per 100 itik mampu menghasilkan kurang lebih 90 telur. Usia produktifnya mencapai 3 tahun, dan pada usia 6 bulan itik sudah mulai bertelur, yang terbagi dalam 3 tahapan yaitu :
- Sembilan bulan pertama, lalu non produktif selama 3 bulan berikutnya 5 bulan produktif. Setelahnya itik harus diganti yang baru, sebab sudah tak bisa produktif lagi menghasilkan telur. Karena itulah, pada dasarnya panen telur itik bisa dilakukan setiap hari.
- Tujuh bulan pertama, dilanjutkan non produktof selama 3 bulan, begitu seterusnya menurut siklus.